ilustrasi laptop Advan Workplus, salah satu laptop terbaik buatan Indonesia (orbit.co.id) |
ilustrasi salah satu produk laptop buatan Axioo (jpnn.com) |
Terlengkap dalam memberikan informasi seputar produk-produk buatan Indonesia serta perkembangan teknologi Indonesia
ilustrasi laptop Advan Workplus, salah satu laptop terbaik buatan Indonesia (orbit.co.id) |
ilustrasi salah satu produk laptop buatan Axioo (jpnn.com) |
Indonesia sempat dihebohkan dengan diperkenalkan purwarupa drone Elang Hitam kehadapan publik. Drone tersebut bertipe Medium Altitute Long Endurance (MALE) yang direncakan akan diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia. Elang Hitam dikembangkan oleh 6 konsorsium yang terdiri dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kementrian Pertahanan Indonesia, TNI AU, PT Dirgantara Indonesia, ITB, dan PT Len Industri. Proyek ini tentunya sebuah loncatan besar bagi Indonesia. Sebelumnya Indonesia belum pernah mengembangkan drone yang memiliki kemampuan sekelas drone Elang Hitam.
ilustrasi drone Elang Hitam (indonesian-aerospace.com) |
Apabila berhasil terwujud, drone Elang Hitam memiliki spesifikasi yang cukup mumpuni. Drone ini dapat terbang selama 30 jam nonstop dan dapat dioperasikan dalam jarak 250 km. Kecepatan maksimalnya mencapai 235 km/jam. Hal yang paling manarik dari drone Elang Hitam adalah kemampuannya untuk melakukan pertempuran. Selain memiliki fungsi untuk pengawasan, Elang Hitam juga dapat dipersenjatai untuk melakukan serangan terhadap musuh. Muatan maksimal yang dapat diangkut oleh drone Elang Hitam mencapai 300 kg.
Sayangnya proyek drone tempur buatan Indonesia ini akhirnya tidak dilanjutkan. Padahal sebelumnya program drone Elang Hitam tersebut merupakan salah satu prioritas utama pemerintah Indonesia. Bahkan telah terdaftar dalam Program Strategis Nasional (PSN). Lantas apakah yang menyebabkan pemerintah Indonesia tidak melanjutkan proyek drone Elang Hitam? Benarkah ada campur tangan Amerika Serikat dibalik gagalnya proyek tersebut?
Publik mulai mempertanyakan keberlangsungan proyek drone tempur buatan Indonesia ini setelah beralihnya Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Kepala BRIN Laksana Trio Handoko sempat mengeluarkan pernyataan bahwa proyek drone Elang Hitam terpaksa harus dihentikan. Pemicunya adalah karena ada embel-embel militer pada riset dan pengembangan drone Elang Hitam.
Terhentinya proyek drone Elang Hitam tentu menimbulkan kekecewaan publik. Namun apabila proyek ini tetap dilanjutkan dan tetap diperuntukan untuk keperluan militer, bisa-bisa Indonesia terkena safeguard. Safeguard adalah tindakan pengamanan saat hendak membeli suatu komponen yang diperuntukan untuk kepentingan riset dari luar negeri. Hal ini berkaitan dengan keterbatasan teknologi yang dimiliki oleh Indonesia sehingga masih banyak komponen yang dipasok dari luar negeri. Apabila Indonesia telah diboikot, berbagai akses untuk mendapatkan komponen yang dibutuhkan bakal ditutup.
Hampir semua gerbong kereta api yang beroperasi di Indonesia merupakan buatan dalam negeri. Gerbong-gerbong tersebut diproduksi oleh PT Industri Kereta Api (INKA) Persero, baik itu gerbong barang ataupun gerbong penumpang. PT INKA merupakan satu-satunya perusahaan Indonesia yang bergerak dibidang industri manufaktur kereta api. Perusahaan ini sepenuhnya dimiliki oleh negara, sehingga PT INKA adalah bagian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
PT INKA tidak hanya memiliki kemampuan dalam memproduksi gerbong. Perusahaan ini juga telah meluncurkan beberapa produk kereta berpenggerak. Hal ini menjadikan PT INKA sebagai perusahaan manufaktur kereta api terbesar di Asia Tenggara. Produk kereta berpenggerak buatan PT INKA ini juga sudah ada yang diekspor ke luar negeri. Ada 5 produk kereta berpenggerak yang diproduksi oleh PT INKA. Apa saja produk-produk tersebut? Berikut adalah ulasannya.
ilustrasi salah satu KRDI buatan PT INKA (inka.co.id) |
Kereta Rel Diesel Indonesia (KRDI) rangkain kereta api yang terdiri dari beberapa kereta dan didukung langsung oleh mesin diesel terpasang. Jadi sistem penggerak pada KRD ini langsung terhubung dengan mesin diesel yang biasanya terletak pada bagian bawah sasis. PT INKA sendiri meluncurkan berbagai tipe KRDI, baik yang ber-AC ataupun non-AC.
Produk KRD buatan PT INKA sudah banyak yang dioperasikan di Indonesia. Bahkan sudah ada yang diekspor ke luar negeri, yaitu ke negara Filipina. Kecepatan maksimal dari KRDI buatan PT INKA mampu mencapai 120 km/jam. Sementara itu dalam operasionalnya, kecepatan maksimal dari KRDI INKA ini mencapai 100 km/jam. Satu rangkaikan KRDI ini terdiri dari 4 gerbong. Masing-masing gerbong biasanya memiliki kapasitas 72 tempat duduk.
ilustrasi rangkaian kereta Api Makassar-Parepare buatan PT INKA |
ilustrasi kereta api Bandara Internasional Soekarno Hatta, salah satu KRL buatan PT INKA (inka.co.id) |
ilustrasi LRT Palembang yang menggunakan armada buatan PT INKA (kompas.com) |
ilustrasi lokomotif diesel hidrolik buatan PT INKA (liputan6.com) |
Rusia menyatakan siap membantu Indonesia dalam mengembangkan teknologi nuklir. Namun teknologi nuklir yang dimaksud bukanlah untuk keperluan militer, melainkan untuk pembangkit listrik. Indonesia sendiri menargetkan akan memulai membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pada tahun 2032 mendatang.
Pernyataan tersebut disampaikan saat kunjungan ahli nuklir Rusia dari ROSATOM State Atomic Energy Corportation ke Indonesia. Para ahli nuklir dari ROSATOM tersebut datang ke Indonesia untuk mengisi seminar yang diselanggarakan oleh ITB (Institut Teknologi Bandung) dan BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional). Dalam seminar tersebut pihak ROSATOM bertukar ilmu dan pengalaman unik mereka dalam mengoperasikan reaktor modular kecil, serta berbagai teknologi yang menarik seputar nuklir.
Pemerintah Indonesia melalui Kementrian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) menargetkan akan mulai mengembangkan pembangkit nuklir secara komersil pada tahun 2032 mendatang. Pengembangan PLTN akan membantu meningkatkan keandalan listrik di dalam negeri. Diharapkan hingga tahun 2060 mendatang Indonesia telah memanfaatkan energi listrik dari PLTN hingga 9 Giga Watt (GW).
Untuk tahap awal, Indonesia baru hanya membangun Small Modular Reaktor (SMR). Jadi PLTN pertama yang akan dimiliki oleh Indonesia berupa reaktor nuklir skala kecil, bukan skala besar seperti yang sudah dibangun di negara-negara maju. Meski hanya berupa reaktor nuklir skala kecil, pemerintah Indonesia tidak akan membangunnya di daerah padat penduduk atau daerah rawan gempa.
PLTN memiliki banyak keunggulan dibandingkan pembangkit listrik konvensional yang ada saat ini di Indonesia. PLTN menggunakan sumber energi dari uranium. Uranium ini terkenal sangat efisien dibandingkan sumber energi lainnya. Setiap 1 gram uranium dapat menghadirkan energi listrik setara 2 ton batu bara. Jadi penggunaan PLTN akan lebih murah bila dibandingkan dengan PLTU (Pembangkit Listrik Tenagara Uap) yang menggunakan batu bara sebagai sumber energinya. Karena efesien, pembangunan PLTN tidak akan memakan banyak lahan.
PLTN menjadi pilihan yang tepat di saat pemerintah Indonesia ingin mengembangkan sumber energi yang ramah lingkungan. Energi nuklir menghasilkan emisi karbon yang sangat rendah. Jadi tidak akan menimbulkan polusi udara yang mencemari lingkungan. Usia PLTN juga relatif panjang bila dibandingkan dengan pembangkit listrik lainnya. Sebuah PLTN dapat dioperasikan 60 hingga 80 tahun lamanya.
Permasalah utama dari PLTN adalah biaya investasi awalnya yang lumayan besar. Contohnya saja seperti PLTN yang dibangun di negara Bangladesh. Untuk sebuah PLTN berkapasitas 2.400 Mega Watt (MW), Bangladesh menghabiskan biaya sebesar 12,65 USD. Selain biaya investasinya yang mahal, pembangunan PLTN juga memakan waktu yang lama.
Meski saat ini Indonesia belum memiliki pembangkit nuklir, namun sebenarnya sudah ada reaktor nuklir yang beroperasi di Indonesia. Reaktor nuklir tersebut diperuntukan untuk keperluan riset. Terdapat tiga reaktor riset di Indonesia, yaitu di Serpong, Bandung, dan Yogyakarta. Dengan adanya reaktor riset tersebut sudah menjadi modal bagi kesediaan SDM Indonesia dalam mengembangkan PLTN.
Rujukan :
https://www.brin.go.id/news/100422/teknologi-nuklir-solusi-penghasil-energi-listrik-beremisi-rendah
https://www.cnbcindonesia.com/news/20231115135523-4-489236/siap-siap-nuklir-dikembangkan-komersil-di-ri-tahun-2032
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20240316093912-106-1074979/para-ahli-nuklir-rusia-kunjungi-ri-ada-apa
Indonesia memiliki beberapa brand handphone yang sempat meraih ketenaran di dalam negeri. Iklan-iklan dari produk handphone buatan Indonesia tersebut dulu sering sekali wara-wiri di televisi. Beberapa merek handphone buatan Indonesia yang sempat populer diantaranya adalah Advan, Evercoss, Polytron, dan Mito.
Umumnya daya tarik utama dari handphone buatan Indonesia adalah harga yang relatif murah. Harga yang ditawarkan biasanya tidak jauh-jauh dari sejutaan atau bahkan dibawah sejutaan. Biasanya perusahaan yang sudah populer seperti Samsung, Vivo, Oppo, Xiaomi dll tidak menyasar harga segitu. Namun semenjak perusahaan-perusahaan tersebut juga banyak melahirkan produk-produk murah, membuat produk dalam negeri menjadi tertekan.
Sekarang sudah sangat jarang kita melihat iklan dari produk hp buatan dalam negeri televisi. Bahkan sudah sangat jarang juga kita dengar ada produk baru dari produsen hp dalam negeri. Mungkin cuma produk buatan advan dan Evercoss yang sesekali masih ada diluncurukan. Itupun respon dari publik tidak terlalu positif. Walaupun produknya sebenarnya cukup bagus, namun publik tidak terlalu yakin menjadikan produk buatan dalam negeri sebagai pilihan.
Sebenarnya penyebab kalah saingnya produk hp buatan dalam negeri adalah karena gencarnya perusahaan-perusahaan Tiongkok meluncurkan produk baru di pasar Indonesia. Bahkan banyak produk buatan Tiongkok yang menawarkan harga murah namun memiliki spesifikasi yang cukup mumpuni. Jadi pasar yang selama ini dikuasai oleh perusahaan dalam negeri, akhirnya diambil alih oleh perusahaan Tiongkok.
Produk hp buatan China berani menawarkan chipset yang lebih terjamin walaupun harganya cuma sejutaan. Umumnya menggunakan chipset buatan Mediatek dan Snapdragon. Sementara produk hp buatan dalam negeri belum ada satupun yang sanggup bekerjasama dengan Mediatek ataupun Snapdragon. Advan GX saja yang disebut-sebut sebagai hp terbaik buatan lokal, hanya bisa menggunakan chipset buatan Unisoc asal Tiongkok. Padahal harga dari Advan GX sendiri saat dirilis menyentuh angka 2,5 juta. Hp Tiongkok yang beredar di Indonesia saja sangat jarang yang menggunakan chipset buatan Unisoc.
Saat ini yang menjadi tanda tanya besar adalah, mampukah hp buatan lokal meraih kejayaannya kembali? Tentunya kalau situasinya masih seperti saat ini akan sulit bagi hp lokal bisa bersaing dengan hp buatan Tiongkok. Masalah utamanya adalah karena sebagian besar komponen hp masih dipasok dari luar negeri. Industri di dalam negeri belum mampu memasok komponen-komponen penting pada sebuah hp. Jadi boleh dibilang kemampuan kita saat ini baru sekedar merakit handphone.
Perlu kerja keras bagi semua pihak terkait untuk menjadikan hp buatan dalam negeri dapat bersaing dengan buatan Tiongkok. Selama sebagian besar komponen masih diimpor, akan sangat sulit kita bisa menghadirkan produk yang bisa bersaing. Kendala utama kita saat ini adalah minimnya kegiatan riset dan pengembangan. Jadi masih sangat minim pasokan komponen dari industri lokal.
Rujukan :
Sepanjang tahun 2023, produksi nikel global diprediksi mencapai 3,6 juta metrik ton menurut laporan Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS). Dari semua produksi nikel global, 50 persennya diproduksi oleh Indonesia atau sekitar 1,8 juta metrik ton. Dengan demikian Indonesia merupakan negara penghasil nikel terbesar di dunia. Indonesia tidak hanya menyandang status sebagai penghasil nikel terbesar di dunia, tetapi juga menyandang status sebagai pemilik cadangan nikel terbesar di dunia. Indonesia diperkirakan memiliki cadangan nikel yang mencapai 55 juta metrik ton.
Sayangnya selama ini Indonesia tidak mendapatkan imbas yang besar dari nikel yang dihasilkan oleh Indonesia. Nikel yang dihasilkan oleh Indonesia kebanyakan diekspor secara mentah, tidak untuk dikembangkan menjadi produk jadi atau setengah jadi. Contoh produk jadi yang menggunakan bahan baku nikel adalah baterai. Nikel sendiri merupakan bahan baku utama untuk produk baterai yang digunakan pada kendaraan listrik.
Pemerintah semakin menyadari bahwa selaku produsen nikel terbesar di dunia, Indonesia tidak menikmati manfaat yang besar. Itulah sebabnya sejak 1 Januari 2020, Indonesia akhirnya mengeluarkan regulasi yang melarang melakukan kegiatan ekspor bijih nikel. Hal ini bertujuan untuk memicu pertumbuhan hilirasi nikel di dalam negeri. Jadi diharapkan ekspor nikel Indonesia sudah berupa produk jadi atau setengah jadi. Larangan ekspor bijih nikel ini menimbulkan polemik antara Indonesia dengan Uni Eropa. Uni Eropa melalui World Trade Organization (WTO) menginginkan Indonesia tetap melakukan ekspor bijih nikel.
Baterai untuk kendaraan listrik merupakan salah satu produk yang paling populer yang menggunakan nikel sebagai bahan bakunya. Harus diakui bahwa Indonesia belum memiliki teknologi yang memadai dalam memproduksi baterai kendaraan listrik. Mau tidak mau harus menggandeng pihak luar kalau ingin mendirikan pabrik baterai di Indonesia. Beberapa negara coba digandeng oleh Indonesia, seperti Korea, Jepang, Amerika, hingga Tiongkok.
Ilustrasi baterai mobil listrik (caranddriver.com) |
Upaya hilirisasi nikel yang yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia mulai membuahkan hasil. Menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Indonesia mencatatkan sejarah dengan dimulainya produksi massal baterai kendaraan listrik pertama buatan Indonesia. Produksi massal baterai mobil listrik tersebut akan dilaksanakan oleh PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power yang berbasis di Karawang, Jawa Barat. PT HLI Green Power merupakan perusahaan joint venture antara Hyundai Motor Company, LG Energy Solution, dan PT Indonesia Battery Corporation. Sekedar informasi, PT Indonesia Battery Corporation adalah sebuah konsorsium perusahaan nasional yang terdiri dari empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN. Keempat BUMN tersebut adalah PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), PT Aneka Tambang (Antam), PT Pertamina, dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
PT HLI Green Power telah menyerap investasi sebesar USD1,1 miliar untuk tahap pertama. Kapasitas produksinya sekitar 10 gigawatt/hour (GWh), terdiri dari 32,6 juta sel baterai yang mampu menghasilkan kurang lebih 150.000 kendaraan. Selanjutnya kapasitas produksinya akan ditingkatkan menjadi 20 GWh untuk tahun 2025. Baterai yang diproduksi oleh PT HLI tidak hanya diperuntukan untuk pasar dalam negeri, tetapi juga akan diekspor ke luar negeri.
Dengan hadirnya PT HLI, Indonesia akan menjadi produsen baterai mobil listrik terbesar di Asia Tenggara. Bukan hanya menjadi yang terbesar, Indonesia juga menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang mampu memproduksi baterai mobil listrik. Bila momentum ini terus dipertahankan, bukan tidak mungkin Indonesia bisa menjadi pemain utama dalam industri baterai mobil listrik. Hal tersebut diharapkan dapat memicu produsen-produsen besar kendaraan listrik akan menginvestasikan modal mereka ke Indonesia. Apalagi pemerintah Indonesia telah memberikan sejumlah insentif untuk perusahan manufaktur mobil listrik yang ingin berinvestasi di Indonesia.
Rujukan :
Ilustrasi mobil Fin Komodo (finkomodo.com) |